Poin-poin penting
- Kebencian menekan keintiman dengan menciptakan jarak emosional dan mengurangi hasrat seksual, seringkali tanpa disadari.
- Kebencian dimulai sebagai cara untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional tetapi dapat mengikis kepercayaan dan hubungan.
- Kebencian yang tidak ditangani akan mendorong siklus penarikan diri dan keterpisahan, sehingga merusak ikatan fisik.
- Mengakui kebencian dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sangat penting untuk membangun kembali keintiman dan memulihkan hubungan seksual.
Dalam artikel sebelumnya, saya berbagi perspektif bahwa, meskipun dapat menjadi pelindung, kebencian juga dapat menjadi arus bawah emosional yang tenang dengan dampak yang menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Salah satu area yang paling terpengaruh adalah keintiman dalam hubungan.
Bukan hal yang aneh bagi klien untuk melaporkan bahwa mereka tidak lagi berhubungan seks dengan pasangan mereka: mereka mungkin hampir tidak pernah menyentuh pasangan mereka selama lebih dari satu dekade, hanya berhubungan seks saat mabuk, atau “menerima“ hubungan seks secara sporadis.
Sering kali, kami menemukan bahwa masalahnya bukanlah kurangnya hasrat atau libido yang rendah, tetapi adanya rasa kesal.
Meskipun rasa benci terkadang dapat bertindak sebagai penyangga yang melindungi, membantu kita mengatasi perasaan tidak berdaya dan melindungi kita dari perasaan kalah, rasa benci juga dapat secara diam-diam mengikis fondasi kepercayaan, koneksi, dan keintiman yang diperlukan untuk hubungan seksual yang memuaskan.
Jika tidak diatasi, rasa benci menciptakan jarak, merusak keamanan emosional yang penting untuk koneksi, dan menumbuhkan pikiran dan hasrat negatif.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas bagaimana kebencian memainkan peran ini secara diam-diam, tetapi juga bagaimana mengenali dan mengatasi kebencian untuk membangun kembali keintiman dan hubungan.
Sifat Kebencian dalam Hubungan
Pada intinya, kebencian muncul dari kemarahan yang terpendam dan rasa tertekan yang mendalam karena kebutuhan untuk mengungkapkan alasan di balik perasaan tersebut. Pada dasarnya, kebencian merupakan hasil dari keluhan yang belum terselesaikan atau ketidakadilan yang dirasakan.
Kebencian sering kali dimulai secara halus—frustrasi yang tak terucapkan di sini, kebutuhan yang diabaikan di sana—dan secara bertahap berkembang. Tidak seperti kemarahan, kebencian dapat disembunyikan di balik kesopanan, rutinitas, kepatuhan, atau keinginan untuk menghindari konflik, sehingga sulit dideteksi hingga menjadi masalah.
Dalam hubungan, kebencian muncul ketika salah satu pasangan merasa diabaikan, diperlakukan tidak adil, tidak dibalas, atau dibungkam.
Misalnya, jika salah satu pasangan terus-menerus merasa tidak dihargai atau tidak dihargai dan tetap diam—entah berharap keadaan akan berubah atau merasa tidak berhak meminta pengakuan—keheningan itu dapat berubah menjadi kebencian terhadap pasangannya. Di permukaan, semuanya mungkin tampak baik-baik saja, tetapi di balik itu, ada kemarahan yang belum sempat muncul sebagai protes atau tuntutan.
Kebencian ini sering kali berasal dari dinamika kekuasaan di mana pasangan yang dibenci diperlakukan seolah-olah mereka kurang penting atau secara internal merasa seolah-olah mereka “kurang” dari yang lain.
Kebencian dan Dampaknya pada Hubungan Seksual
Keintiman seksual membutuhkan kerentanan, hubungan emosional, dan kepercayaan—yang semuanya dapat dirusak oleh kebencian. Hasrat seksual sering kali dikaitkan dengan perasaan kasih sayang, kekaguman, dan kedekatan emosional, tetapi kebencian menekan emosi-emosi ini, yang menyebabkan menurunnya hasrat.
Ini tidak selalu merupakan keputusan yang sadar—kebencian dapat secara halus dan tidak sadar meredam minat seksual.
Selain itu, rasa benci dapat terwujud sebagai perlawanan pasif, seperti menahan kasih sayang atau keintiman.
Meskipun hal ini mungkin tidak selalu merupakan tindakan pembalasan yang disengaja, hal ini mencerminkan keterputusan emosional yang mendasari yang ditimbulkan oleh rasa benci.
Komunikasi yang sehat tentang kebutuhan, preferensi, dan batasan sering kali tidak ada, sehingga semakin sulit untuk mengatasi tantangan atau mengatasi masalah dalam hubungan seksual.
Bagaimana Kebencian Menjadi Lingkaran Setan
Salah satu aspek paling merusak dari rasa benci adalah kemampuannya untuk menciptakan siklus yang terus berulang. Jika rasa benci tidak ditangani, pasangan yang memendamnya dapat menarik diri secara emosional dan fisik.
Penarikan diri ini dapat membuat pasangan lain merasa bingung, ditolak, atau bahkan kesal, yang selanjutnya memperlebar jurang emosional.
Misalnya, jika salah satu pasangan merasa kesal karena pasangannya tidak memperhatikan atau mengabaikannya, mereka mungkin akan menghindari untuk memulai keintiman.
Sebagai tanggapan, pasangan lainnya, yang merasakan penarikan diri, mungkin bereaksi dengan bersikap defensif atau menjauh, yang memperkuat jarak emosional dan fisik yang semakin besar di antara mereka.
Mengenali Tanda-tanda Kebencian dalam Hubungan Anda
Mengenali adanya rasa kesal dan memengaruhi hubungan Anda adalah langkah pertama untuk mengatasinya. Anda mungkin menyadari bahwa percakapan Anda menjadi dangkal, dengan salah satu atau Anda berdua menghindari topik emosional atau pribadi yang lebih dalam. Sentuhan, pelukan, atau gerakan keintiman nonseksual lainnya mungkin menjadi lebih jarang.
Langkah-Langkah untuk Mengatasi Kebencian dan Membangun Kembali Keintiman
Mengatasi rasa kesal membutuhkan kesadaran diri, komunikasi terbuka, dan kemauan untuk menghadapi emosi yang sulit. Bebaskan beban emosional yang terkumpul melalui langkah-langkah berikut:
1. Kenali Kebutuhan yang Belum Terpenuhi
Identifikasi apa yang belum terpenuhi—validasi, persetujuan, pengakuan, keamanan, loyalitas, perhatian , atau mungkin kesalahpahaman yang menunggu untuk diselesaikan.
2. Akui Kebencian
Kenali peran kebencian dalam hubungan Anda, baik bagi diri sendiri maupun pasangan.
3. Berkomunikasi dengan Tulus
Ekspresikan perasaan dan kebutuhan Anda secara terbuka.
4. Pertimbangkan Terapi
Carilah konseling pasangan untuk mengatasi pola yang merugikan dan membangun kembali hubungan dengan bantuan saksi yang objektif.
5. Berlatihlah Menghargai
Fokuslah pada hal-hal positif dalam hubungan Anda dan sadari bahwa kebencian adalah mekanisme biologis yang dimaksudkan untuk melindungi Anda. Otak tidak selalu memperhitungkan konsekuensi emosional dari strategi bertahan hidup dasarnya.
6. Akui Rasa Sakit Anda
Bagikan seberapa besar rasa sakit yang Anda pendam. Meskipun pemulihan tidak langsung datang dari pasangan Anda, mengakuinya akan membantu Anda pulih.
7. Ambil Tanggung Jawab
Renungkan bagaimana tindakan atau diam Anda sendiri mungkin telah berkontribusi pada siklus tersebut.
8. Daya Seks
Di antara semua teknik yang dapat Anda pelajari dan praktikkan untuk mengatur emosi Anda — seperti bernapas dan bermeditasi — berhubungan kembali dengan pasangan Anda melalui seks menghasilkan produksi hormon yang sangat manjur untuk membuat Anda merasa nyaman dan terikat. Seks menciptakan “cahaya” antara Anda dan pasangan dan membuat Anda semakin dekat.
Menyingkirkan dendam menciptakan ruang untuk kegembiraan. Berusaha mencapai pemahaman dan ketenangan pikiran dapat membawa Anda lebih dekat ke kehidupan romantis dan seksual yang memuaskan yang mungkin telah dirampas diam-diam oleh kebencian.
Kebencian menciptakan dinamika yang merugikan. Percayalah bahwa Anda akan didengarkan, dan segala sesuatunya dapat mulai membaik.
REFERENSI
Asosiasi Psikologi Indonesia. (2024). Penggunaan Media Sosial Terkait dengan Dampak Kebencian terhadap Keintiman Seksual.